Mataram, 27 Februari 2025-Sebanyak 100 peserta dari lima fakultas di UIN Mataram serta perwakilan dari Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor mengikuti Pelatihan Peer Counselor yang digelar pada Kamis, 27 Februari 2025. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Theater Perpustakaan UIN Mataram, yang diaelenggatakan oleh UIN Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) kerjasama dengan Laboratorium Al-Tazkiah Program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI) UIN Mataram.
Dalam pembukaan, Ketua LP2M UIN Mataram, Prof. Hj. Atun Wardatun, M.A., Ph.D., menekankan pentingnya peran peer counselor dalam menghadapi isu-isu sosial yang berkembang, terutama terkait kekerasan seksual.
“Saat ini, kasus kekerasan seksual semakin banyak terjadi di sekitar kita. Oleh karena itu, jadilah teman curhat, teman cerita, dan teman berbagi bagi sesama. Dengan begitu, kita bisa menciptakan ruang aman dan mendukung satu sama lain,” ujar Prof. Atun.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I UIN Mataram, Prof.Dr.H.Adi Fadil, M.Pd. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa menyuarakan kebenaran adalah tanggung jawab bersama.
“Kita sudah seharusnya mengatakan yang benar, mendukung mereka yang membutuhkan, dan memastikan lingkungan kampus menjadi tempat yang aman serta nyaman bagi semua mahasiswa,”Pelatihan ini menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu Prof. Hj. Atun Wardatun, M.A., Ph.D. (Ketua LP2M), Dr.Nikmatullah,M.A(Ketua PSGA), Dr. Era Mutiara Pertiwi (Ketua UIN Care), Dr.Mira Mareta, M.A., Dyah Luthfia Kirana, M.Pd., dan Syamsul Hadi, M.Pd. sebagai praktisi Laboratorium Bimbingan Konseling Islam AlTazkiah.
Adapun materi yang disampaikan yaitu Kekerasan seksual dalam perspektif Islam dan Gender, Peraturan perundang-undangan tentang kekerasan seksual, Penanganan kasus kekerasan seksual dikampus, Fungsi, peran, dan etika konselor sebaya,Keterampilan dasar berkomunikasi, dan Keterampilan pemberian bantuan pemecahan masalah kekerasan seksual.

Setelah sesi teori, peserta langsung berlatih teknik konseling dalam simulasi kasus nyata. Mereka diminta untuk mempraktikkan keterampilan mendengarkan, memberikan dukungan emosional, dan membantu teman sebaya menghadapi permasalahan mereka dengan cara yang tepat.Peserta akan memperoleh sertifikat setelah menyelesaikan tugas, yakni mendapatkan konseli dan melakukan konseling sebaya sesuai dengan materi yang diberikan. Sehingga dengan praktik langsung tersebut dapat menilai kemampuan peserta pelatihan peer counselor.”Pelatihan tahap berikutnya akan dilaksanakan pada bulan April”, pungkas Nikmatullah.
“Pada tahap berikutnya, peserta tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga diharapkan membawa hasil konseling nyata yang telah mereka lakukan. Dengan begitu, mereka benar-benar memahami bagaimana menjadi peer counselor yang baik,” ungkap Mira Mareta.Salah satu peserta menyampaikan kesan positifnya terhadap pelatihan ini, terutama dalam memahami peran seorang pendamping bagi teman sebaya. “Pelatihan seperti ini sangat bermanfaat, terutama bagi kami yang belum tahu bagaimana menjadi teman bercerita yang baik untuk teman kami. Sekarang, saya lebih memahami cara mendengarkan dengan empati dan memberikan dukungan yang tepat,”* tuturnya.
Dengan keberhasilan Batch 1, pelatihan ini diharapkan dapat terus berlanjut dan menghasilkan peer counselor yang kompeten dalam mendampingi teman sebaya mereka pada batch berikutnya.
