Jumat, 20 September 2024. FDIK UIN Mataram menyelenggarakan Diseminasi Dosen Tamu dengan membawa tema Rilis Hasil Riset Kolaborasi Internasional: Penguatan Literasi Sosial Keagamaan. Kegiatan dihadiri oleh seluruh pimpinan FDIK (Dekan Dr. H. Muhammad Saleh, MA., Wakil Dekan, Ketua Prodi, Sekretaris Prodi) dan seluruh Dosen FDIK UIN Mataram. Dekan FDIK memberikan sambutan bahwa kegiatan diskusi ini memberikan iklim akademik semakin baik dan sebagai bentuk komitmen FDIK untuk terus berpacu dengan keunggulan akademik dan non akademik. Kegiatan ini pandu oleh Dr. Khairy Juanda, MAP.


Dalam kesempatan ini ada dua hasil riset yang dirilis yakni , pertama, Dr. H. L. Ahmad Zaenuri, Lc.MA dan dosen FEBI Dr. M. Yusup, M.Si. serta Nar Surilavana bin Sulaeman berjudul Strategy for Developing the Potential of the Word Halal Industry Comparative Study of Indonesia and Brunei Darussalam yang dirilis oleh dosen FDIK UIN Mataram, dan kedua; Dr. Muchammadun, MAPP., Ling. ADV dan Prof. James Bennett berjudul Continuity and Changes in Community Art Traditions: Sasak and Balinese Textiles in Lombok.

Dr. Muchammadun, MAPP., Ling. ADV dan Prof. James Bennett merilis temuannya bahwa banyak sekali hasil karya orang Sasak dan Bali. Misalnya, Artipak seperti hasil tenun, sebagai khazanah kekuatan budaya sasak masa lampau. Munculnya geometric bukan karena ajaran tauhid, melainkan kekuatan bangsa sasak tempo dulu sudah berinteraksi dengan dunia luar.

Motif kain yang dibuat abad lampau memberikan makna cinta lingkungan. Muchammadun, dkk. menegaskan temuan risetnya bahwa artifak suku sasak tempo dulu yang masih bertahan sampai saat ini sebgai kekayaan budaya sasak yg penuh makna. Misalnya, artifak yg dimaksud patung-patung yang ada di Taman Mayure merefleksikan ada hubungan dengan dunia Arab jika dicermati reflikanya. Ada pertautan irisan budaya Islam dan Hindu. Dari sisi motif tenun sasak abad 18 juga telah menunjukkan ada pertautan Sasak dgn India. Analisis ini memberikan gambaran bahwa masyarakat sasak telah terjadi crossculture sejak abad 18, yang akhirnya budaya masyarakat sasak sebagai modal sosial untuk menumbuhkan ekonomi kreatif.

Selanjutnya, temuan riset Dr. H. L. Ahmad Zaenuri, Lc.MA dan dosen FEBI Dr. M. Yusup, M.Si. serta Nar Surilavana bin Sulaeman merilis bahwa ekosistem halal telah bermetmorposis, tidak hanya pada halalfood melainkan telah merambah ke halal turism, halal fashion, halal kosmetik. Di Indonesia ekosistem halal telah berkembang dengan pesat sampai dunia perbankan. Hal ini telah memberikan efek economik bagi pengembangan kekuatan branding trend bagi masyarakat dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Sementara di Brunei Darussalam ekosistem halal terpusat pada kendali kerajaan, monolitik, sehingga dari sisi pergerakan pengembangan ke bidang lain belum menunjukkan kemajuan yang berarti.
Kedua kelompok peneliti merilis hasil temuan bahwa Lembaga halal di Brunai dikontrol oleh kerajaan. Ekosistem halal, tidak banyak, hanya focus pada foodhalal, sementara halal turism, halal kosmetik belum banyak dilakukan dan belum bersinergi dengan lembaga lain. Dalam konteks Indonesia, desain ekosistem industry halal berkembang dengan dinamis, parawisata syariah, halalfood, halal turism, halal kosmetik, halal fashion dll. dan ditopang serta bersinergi dengan lembaga lain seperti dunia perbankan.

Kedua temuan tersebut juga telah menambah dan memperkaya literasi sosial keagamaan pembaca sebagai kekayaan intelektual yg terus dikaji dan diungkap masa kini dan yang akan datang.
Ris’an Rusli Guru Besar Pemikiran Islam UIN Radeh Fatah Pelembang sebagai pembahas bahwa riset harus bersinergi dan kolaborasi dengan lintas disiplin ilmu dan hasilnya memiliki nilai inovasi bagi kamajuan peradaban. Temuan Dr. H. L. Ahmad Zaenuri, Lc.MA dan dosen FEBI Dr. M. Yusup, M.Si. serta Nar Surilavana bin Sulaeman memberikan arah kebijakan yang bernilai inovasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasil rilis Dr. Muchammadun, MAPP., Ling. ADV dan Prof. James Bennett, Prof Ris’an memberikan penegasan bahwa dalam kain tenun sasak tidak hanya sebagai aset budaya sasak melainkan memiliki nilai ekonomi bahkan memiliki nilai spiritual sehingga masyarakat sasak semakin kuat dan cinta terhadap leluhurnya dan agamanya.

Share This

Share this post with your friends!